Pages

Rabu, 16 Januari 2013

TERIMA KASIH



Kiat ketiga menggapai keberkahan: Mensyukuri segala nikmat.
Tiada kenikmatan -apapun wujudnya- yang dirasakan oleh manusia di dunia ini, melainkan datangnya dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Allah Ta’ala mewajibkan atas mereka untuk senantiasa bersyukur kepadanya yaitu dengan senantiasa mengingat, bahwa kenikmatan tersebut datangnya dari Allah, kemudian ia mengucapkan hamdalah dan selanjutnya ia menafkahkannya di jalan-jalan yang diridhai Allah. Orang yang telah mendapatkan karunia untuk dapat bersyukur demikian ini, akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah akan senantiasa melipatgandakan untuknya kenikmatan,


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mengumandangkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim: 7).

Dan pada ayat lain Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri.” (Qs. an-Naml: 40).

Imam al-Qurthuby berkata, “Tidaklah manfaat syukur akan didapat selain oleh pelakunya sendiri, di mana dengannya ia berhak mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang ia dapat dan nikmat tersebut akan kekal dan ditambah. Sebagaimana syukur juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum dicapai.” (Tafsir al-Qurthuby, 13/206).

Sebagai contoh nyata,
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ {15} فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَى أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon atsel (cemara) dan pohon bidara.” (Qs. Saba’: 15-16).

Tatkala kaum Saba’ masih dalam keadaan makmur dan tentram, Allah Ta’ala hanya memerintahkan kepada mereka agar bersyukur.  Ini menunjukkan bahwa dengan syukur, mereka dapat menjaga kenikmatan mereka dari bencana, dan mendatangkan kenikmatan lain yang belum pernah mereka dapatkan.
keajaiban bersyukur itu terjadi ketika kita mampu dengan kesungguhan hati bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang ada yang menjadi penyebab langgengnya karunia yang Allah limpahkan untuk kita dan Allah dapat saja menarik nikmat yang telah diberikannya kepada kita karena kita mengingkari atas nikmatNya.
‘Dan ingatlah tatkala TuhanMu mempermaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku tambah nikmatku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya adzabKu sangatlah pedih.’ (QS. Ibrahim : 7).

Itulah sebabnya bila kita mampu mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita maka kian hari nikmat itu kian bertambah dampaknya akan membawa ketenangan hati. Padahal nikmat itu bukan hanya materi, nikmat itu bisa jadi dalam bentuk, nikmat iman, nikmat sehat, nikmat keberkahan, nikmat kebahagiaan yang kita rasakan bahkan sakit, ujian, cobaan dan penderitaan juga disebut sebagai nikmat. Kemampuan untuk bersyukur atas semua nikmat inilah Allah memberikan rasa ridha kepada diri kita, ridha adalah kemampuan menerima apapun yang Allah berikan kepada kita.
Dalam kondisi senang dan susah, sedih dan bahagia, tawa dan air mata semuanya sama berartinya dalam hidup kita karena semuanya itu datangnya dari Allah. Inilah yang disebut dengan keajaiban bersyukur. Dalam keadaan apapun kita merasakan kedamaian hati, kita senantiasa menyadari hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah semata. ‘Kenalilah Allah ketika dalam keadaan senang, niscaya Dia mengenalimu ketika dalam keadaan susah.’ (HR. Ahmad).

Arti syukur adalah berterima kasih dan memuji si pemberi nikmat yaitu Allah SWT baik secara langsung maupun tidak secara langsung atas karunia atau kebaikan dari Allah.
Pengungkapan rasa syukur meliputi tiga hal yaitu :
Teman-teman…..! ingin tahu ‘kan?
Yang pertama, Mengakui nikmat dalam batin. Artinya kita meyakini bahwa apa saja yang telah kita rasakan, baik yang berbentuk jasmani maupun rohani, itu adalah dari Allah SWT.
Adapun yang selanjunya adalah membicarakan secara lahir atau lisan yang artinya kita senantiasa mengingat dan menyebut-nyebut kemurahan dan kenikmatan Allah yang telah diberikan kepada kita. Hal ini sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ad-Dhuha ayat 11 yang bunyinya “

yang artinya ”Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.”
Teman-teman ingin tahu yang terakhir?
Cara besyukur yang ketiga adalah menjadikan nikmat karunia Allah sebagai sarana taat kepada Allah. Faktor pertama dan kedua belum mencapai nilai haqiqi apabila faktor yang ketiga ini dapat direalisasikan. Dan hanya orang-orang yang berimanlah yang bisa bersyukur dengan sebaik-baiknya. Merekalah yang tahu hakikat syukur yang sebenarnya.
Kalau kita lihat dan perhatikan di sekitar kita, betapa banyak nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada hamba-hamba-Nya.
Dari nikmat hidup, sarana prasarana penunjang, sampai nikmat yang terbesar yaitu nikmat Iman dan Islam. Dan kalaulah kita hitung nikmat Allah niscaya kita takkan mampu menghitungya.
Hal itu karena nikmat Allah sangatlah banyak, sebagaimana Allah berfirman “Wa inn ta’udduu ni’matallallohi laatuhsyuuhaa” yang artinya dan jikalau kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu takkan dapat menghitungnya.”

Oleh karenanya sepantasnyalah kita selaku hamba Allah yang begitu banyak mendapatkan fasilitas nikmat ini untuk pandai bersyukur atas anugerahnya. Bahkan rasulullah pun tak henti-hentinya untuk selalu berdo’a dan berusaha untuk menjadi hamba yang selalu bersyukur.
Hal itu mencontohkan, hendaknya seorang hamba selalu bersyukur atas apa yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Untuk mendorong para hamba-Nya untuk selalu bersykur, Allah menjanjikan akan menambah dengan tambahan yng berlipat ganda dan sebaliknya Allah akan memberikan adzab yang pedih bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah SWT.
Janji Allah ini dapat kita baca pada firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi “La ingsyakartum la aziidannakum walaingkafartum inna adzabii lasyadid”
“Sungguh bila kamu bersyukur atas nikmat-Ku akan Aku tambah nikmat-Ku kepadamu namun apabila kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya adzab-Ku amat pedih”
Hadirin yang di rahmati Allah.

Dengan demikian, jika kita dapat mengamalkan firman Allah tersebut, Allah pasti akan melipatgandakan nikmat-Nya dan menjauhkan adzab-Nya.
Demikian yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat dan dapat kita amalkan dalam kehidupan. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

Ketika hari dihiasi malam. Kumandang adzan maghrib telah berlalu. Keindahan malam menebarkan harum bunga melati. Anak-anak Amalia melantunkan ayat-ayat suci. Nampak Lusi dan Lita sedang mengajar adik-adiknya membaca Iqra’. Kebahagiaan menyelimuti hati mereka. Kebahagiaan hadir karena kami berkumpul untuk belajar, bermain dan berdiskusi. Pada malam itu Dani bertanya, ‘Untuk apa kita bersyukur?’ Saya jelaskan padanya bahwa bersyukur sebagai tanda terima kasih kita atas karunia yang Alloh SWT berikan kepada kita.
 
Malam itu saya bercerita pada anak-anak Amalia. Suatu hari ada orang miskin yang datang menghadap kepada Nabi Musa Alaihissalam pakaiannya lusuh dan badannya kurus tak terawat. Berkatalah orang miskin itu kepada Nabi Musa, ‘Ya Nabi, tolong sampaikan kepada Alloh SWT, mohonkan aku, agar aku menjadi orang kaya.
‘Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Alloh SWT,’ jawab Nabi Musa sambil tersenyum padanya. Orang miskin itu terkejut mendengar jawaban Nabi Musa, dengan nada marah dia mengatakan, ‘Bagaimana aku bersyukur, makan aja susah, apa lagi pakaian cuman satu sudah begitu compang camping lagi.’ sambil ngeloyor pergi meninggalkan Nabi Musa.
Tak lama kemudian datang orang kaya menghadap Nabi Musa, ‘Ya Nabi, tolong sampaikan kepada Alloh SWTmohonkan aku, agar aku menjadi orang miskin aja karena harta yang banyak membuat hidupku tidak nyaman.’

‘Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Alloh SWT,’ jawab Nabi Musa sambil tersenyum padanya. Orang kaya itu terkejut mendengarkan jawaban Nabi Musa, tanpa berkata apapun dia akhirnya pulang ke rumah. Beberapa hari kemudian orang kaya itu bertambah kaya karena sejak itu selalu bersyukur dan orang miskin semakin miskin karena enggan bersyukur atas semua karunia Alloh SWT.
Diakhir cerita saya menjelaskan pada anak-anak Amalia, begitulah Alloh SWT senantiasa melimpahkan rizki kepada hamba-hambaNya yang pandai bersyukur dan tugas kita adalah selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Salah satu Asma Alloh SWT adalah Asy-Syakuur, Asy-Syakuur artinya Maha Menerima Syukur. Bila kita selalu bersyukur atas semua karunia dan nikmat-Nya yang kita terima maka akan dilipatgandakan oleh Alloh SWT sebab Dia adalah Asy-Syakuur, Maha Penerima Syukur hamba-hambaNya.

 Agar Alloh menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (QS: Fathir, 35:30).
https://blogger.googleusercontent.com/tracker/25928548-7627525049421691082?l=agussyafii.blogspot.com
 
Pernah ada seorang lelaki muda hadir di Rumah Amalia, ia bertutur. Bersyukur kepada Allah atas semua peristiwa yang terjadi memberikan kekuatan dalam hidupnya. Pergolakan batinnya ketika beberapa tahun lalu. Siang itu kakaknya memberitahukan bahwa ibunda tercinta sakit, serangan jantung . Tidak lama kemudian Allah memanggilnya. 
 
Meninggalnya ibunda membuat dirinya merasa bersalah, kenapa Allah tidak menolong ibunda yang dicintainya? Penderitaannya belum cukup sampai disitu, sebulan kemudian bisnisnya hancur, bangkrut ratusan juta, semua uang yang diinvetasikan hilang lenyap. Meratapi nasib buruknya, bagaimana bersusah payah membangun usahanya sampai semuanya hilang begitu saja justru tanpa didasari.
Sampai titik nadir rasa sakit yang diderita mencapai ambang batas kesanggupannya. Istrinya yang sangat dicintainya tiba-tiba menuntut cerai, padahal keterpurukan dirinya sangat membutuhkan kehadiran sang istri untuk membuat dirinya tegar. Istrinya pergi meninggalkan dalam kesendirian. Dua anaknya dibawa serta. Setiap malam menangis, menghujat Sang Khaliq. ‘Allah kenapa Engkau begitu kejam kepadaku?’ Pertanyaan itu terus menerus menyelimuti kegelapan hatinya. 

Dengan segala perasaan dan kehancurannya, kehadirannya di Rumah Amalia membuat dirinya bangkit dan menerima segala yang telah menimpa dirinya. Air mata yang bercucuran mengobati segala luka perih dihati. Disaat itulah Allah menunjukkan jalan bagi dirinya. satu persatu masalah mampu terurai. Mendapatkan pekerjaan baru. Komunikasi dengan istri dan anak-anaknya telah mencair. Istrinya yang mulanya bersikukuh minta cerai akhirnya membatalkan niatnya. Alhamdulillah, melalui Rumah Amalia dirinya bisa berbagi dan menemukan kebahagiaannya kembali yang telah lama hilang. Itulah nikmatnya bersyukur.
‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku tambah nikmatKu padamu’ (Qs. Ibrahim :7).
https://blogger.googleusercontent.com/tracker/25928548-5195868979528487412?l=agussyafii.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar